Welcome to the blog engineering

Selasa, 03 Juli 2012

Arsitek dan Lingkungan



Siapakah Arsitek itu?
Arsitek adalah seseorang yang ahli dalam bidang arsitektur, seorang yang menata bangunan dan ruang baik interior maupun eksterior, melingkupi bangunan, tata kota, hingga regional. Dapat disimpulkan juga bahwa tugas seorang arsitek adalah sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli merancang pembangunan atau lingkungan binaan.










Apakah lingkungan itu?
Lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup itu tumbuh, meliputi unsur unsur penting seperti tanah,air, dan udara. Lingkungan sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya lingkungan perkotaan dimana unsur bangunan sangat kental di dalamnya, dalam hal ini peranan dan tindakan manusia sangatlah penting dalam pengendalian lingkungan. Manusia dapat memperbaiki sekaligus merusak suatu lingkungan. Banyaknya kegitan manusia yang kurang terpikirkan secara matang makin membuat keadaan ini semakin tidak terurus. Jika lingkungan tersebut sudah mencapai tahap kehancuran maka keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan akan berubah, hal ini sangat memberikan dampak negatif (merugikan) kita semua.
Banyak orang mengatakan jika pekerjaan seorang arsitek itu adalah musuh utama dari lingkungan, ada pula yang mengatakan profesi ini adalah profesi yang merusak. Tapi apakah semua benar mengenai pernyataan-pernyataan tersebut?
Dalam pembangunan suatu bangunan pasti akan terjadi suatu perubahan pada lingkungan secara fisik, contohnya penambahan jumlah limbah yang ada, penggunan tanah yang membuat berkurangnya ruang bagi penghijauan, pembukaan lahan baru, dll. Tetapi masyarakat kurang memahami bahwa ternyata arsitek juga memiliki fungsi yang amat penting bagi manusia. Sebagaimana kita tahu bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah sandang, pangan, dan papan (tempat untuk tinggal). Semakin berkembangnya zaman dan semakin padatnya penduduk bumi kita harus dapat menerima bahwa tingkat pertumbuhan bangunan akan menjadi sangat tinggi, disinilah kita melihat peranan seorang arsitek. Tidak hanya untuk merancang bangunan agar tampak artistik dan bernilai tetapi juga bagaimana cara seorang arsitek dapat mengurangi dampak buruk dari sebuah bangunan bagi lingkungan. Setiap orang tentunya dapat mendesain suatu bangunan seperti yang ia mau (tanpa menggunakan jasa seorang arsitek) tetapi yang membedakannya dengan arsitek adalah mereka kurang memahami cara meminimalisir kerusakan pada lingkungan. Seorang arsitek wajib memepelajari solusi-solusi agar suatu bangunan yang didirikan tidak terlalu merusak lingkungan, bagaimana pula seorang arsitek dapat mengolah suatu lahan yang tidak berfungsi (gersang) menjadi suatu lahan yang dapat berfungsi optimal, mereka juga belajar mengolah suatu bahan-bahan daur ulang agar dapat menjadi suatu bagian dari bangunan atau yang sering kita sebut green architecture. Tidak hanya bangunan saja, arsitek juga dapat mendesain suatu kawasan hijau atau taman agar dapat memperbaiki kondisi udara yang sudah sangat memburuk akhir-akhir ini. Jadi pekerjaan seorang arsitek tidak selalu buruk bagi lingkungan kan? :)




Quotes:
We should concentrate our work not only to a separated housing problem but housing involved in our daily work and all the other functions of the city.
Alvar Aalto

Minggu, 24 Juni 2012

PERUBAHAN BENTUK

          Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda pejal utama, melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan maupun pengurangan elemen-elemennya.
Perubahan bentuk dan gaya dalam dunia arsitektur, sering didahului dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakatnya . Sigfried Gideon (1971:4) bahkan pernah mengatakan bahwa: “In each period of transition, religion and social changes are behind the changes in architectural forms, as well as new inventions and the development of new techniques“..
1. Perubahan Dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau beberapa dimensi-dimensinya dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota bagain dari suatu bentuk. Sebuah kubus misalnya, dapat diubah menjadi bentuk-bentuk prisma serupa dengan mengubah ukuran tinggi, lebar atau panjangnya. Bentuk tersebut dapat dipadatkan menjadi bentuk bidang pipih atau direntangkan menjadi suatu bentuk linier.

2. Perubahan dengan Pengurangan
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari volumnya. Tergantung dari banyaknya pengurangan, suatu bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau diubah menjadi suatu bentuk yang lain sama sekali. Sebagai contoh, sebuah kubus dapat mempertahankan identitasnya sebagai kubus walaupun sebagian dari kubus tersebut dihilangkan atau diubah menjadi serangkaian bentuk polyhedron teratur yang menggambarkan suatu bola.

3. Perubahan dengan Penambahan:
Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsure-unsur tertentu kepada volume bendanya. Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relative unsure yang ditambahkan akan menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah
Perubahan Bentuk
• Sebuah bola dapat diubah menjadi bentuk bulat terlur atau elips dengan cara memperpanjang salah satu sumbunya.
• Sebuah pyramid dapat diubah bentuknya dengan merubah dimensi dasarnya, modifikasi ketinggian puncaknya atau dengan memindahkan kedudukan titik puncak keluarnya dari sumbu vertical yang normal
• Sebuah kubus dapat diubah menjadi bentuk persegi panjang prismatic dengan memperpendek atau memperpanjang tinggi, lebar, ataupun tebalnya.
Bentuk yang dikurangi
Kita selalu mencari keteraturan dan kesenambungan di dalam bentuk-bentuk yang dapat dilihat dalam batas pandangan. Apabila sebagian dari bentuk pejal utama tersebut tersembunyi dari pandangan kita, kita cenderung melengkapi bentuknya dan memandangnya seakan-akan bentuk tersebut utuh karena secara naluriah benda tersebut akan terlihat utuh meskipun secara kasat mata tidak terlihat. Sama halnya dengan bentuk-bentuk beraturan yang volumenya hilang sebagian, bentuk-bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas formalnya jika kita menganggapnya sebagai bentuk yang tidak lengkap. Kita menyebut bentuk-bentuk terselubung ini sebagai bentuk-bentuk yang dikurangi. Karena sangat mudah dikenali, bentuk-bentuk deometrik sederhana.
Seperti bentuk pejal utama, dapat menerima secara langsung adanya pemotongan. Bentuk-bentuk ini akan tetap mempertahankan identitas formalnya jika bagian-bagian volumenya dihilangkan tanpa merusak sisi, sudut dan profil keseluruhan.
Keraguan akan identitas asli akan timbul jika sebagian dari bentuk tersebut dihilangkan dari volumenya dengan merusak sisi-sisinya dan secara drastis mengubah profilnya.
Pada deretan gambar-gambar ini, kapankah bentuk bujur sangkar yang dihilangkan salah satu sudutnya ini diubah menjadi sebuah konfigurasi “ L “ yang terdiri dari dua buah bidang empat persegi panjang?
Volume ruang dapat dikurangi untuk menciptakan jalan masuk yang menjorok ke dalam, halaman terbuka, ataupun bukaan-bukaan jendela yang terbentuk oleh adanya bukaan pada permukaan dinding secara vertical dan horizontal.
Bentuk yang ditambah
Apabila sebuah bentuk terpotong diperoleh dengan menghilangkan sebagian dari volume asalnya, maka suatu bentuk dengan penambahan dihasilkan dengan menghubungkan satu atau beberapa bentuk tambahan lain terhadap volume yang sudah ada.
Kemungkinan-kemungkinan dasar untuk penggabungan dua bentuk atau lebih adalah:
1. Gaya tarik ruang
Tipe hubungan ini terjadi karena kedua bentuk relative berdekatan satu dengan yang lain, atau saling membagi/ memberikan sifat visual umumnya seperti wujud, warna, atau material.
2. Hubungan antar sisi
Pada tipe dengan pertemuan antar sisi ini, maka bentuk-bentuk itu akan memiliki satu sisi bersama-sama dan dapat berporos pada sisi tersebut.
3. Hubungan antar permukaan bidang
Pada tipe pertemuan permukaan bidang ini, kedua bentuk memiliki bidang-bidang datar yang berhubungan dan terletak sejajar satu sama lain

4. Ruang-ruang yang saling terkait

Pada tipe dengan volume-volume ruang yang saling berkaitan ini, bentuk-bentuk ruang tersebut saling menembus ke dalam masing-masing ruangnya. Bentuk-bentuk ini tidak perlu memilik kesamaan visual
Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan menurut sifat hubungan yang muncul diantara bentuk-bentuk komponennya sebaik konfigurasi keseluruhannya.
a. Bentuk Terpusat
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk dominant yang berada tepat di pusatnya.
b. Bentuk Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah baris.
c. Bentuk Radial
Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang kearah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial.
d. Bentuk Cluster.
Sekumpulan bentuk-bentuk yang tergabung bersama-sama karena saling berdekatan atau saling memberikan kesamaan sifat visual.
e. Bentuk Grid
Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur oleh grid-grid tiga dimensi.
Bentuk Terpusat
Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu. Bentuk ini dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau penuh penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran seseorang atau suatu peristiwa.
Bentuk Linier
Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat berupa pengulanangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsure lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah diding atau jalan.
• Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelolkkan sebagai penyeluaian terhadap kondisi setempat seterti topografi, pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
• Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya.
• Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
• Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsure menara untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
• Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga bermacam-macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.

Bentuk radial
Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk linier yang berkembang dari suatu unsure inti terpusat kearah luar menurut jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan linier menjadi satu komposisi.
Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan suatu bentuk visual dominant, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari lengan-lengan radialnya.
Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk linier, yaitu sifat ekstrovertnya. Lengan-lenga radial dapat menjangkau ke luar dan berhubungan atau meningkatkan diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak. Lengan-langan radial dapat membuka permukaanya yang diperpanjang untuk mencapai kondisi sinar matahari, angin, pemandangan atau ruang yang diinginkan.
Organisasi bentuk radial dapat dilihat dan dipahami dengan sempurna dari suatu titik pandang di udara. Bila dilihat dari muka tanah, kemungkinan besar unsure pusatnya tidak akan dengan jelas, dan pola penyeberan lengan-lengan linier menjadi kabur atau menyimpang akibat pandangan perspektif.

Bentuk kelompok (cluster)
Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan deometrik dan sifat introvert bentuk perpusat organisasi kelompok cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam strukturnya.
Berdasarkan fleksibilitasnya, organisasi kelompok bentuk-bentuk dapat diorganisir dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Dapat dikaitkan sebagai anggota tambahan terhadap suatu bentuk atau ruang induk yang lebih besar.
b. Dapat dihubungkan dengan mendekatkan diri untuk menegaskan dan mengekspresikan volumenya sebagai suatu kesatuan individu.
c. Dapat menghubungkan volume-volumenya dan bergabung menjadi suatu bentuk tunggal yang memiliki suatu variasi tampak
Suatu organisasi kelompok dapat juga terdiri dari bentuk-bentuk yang umumnya setera dalam ukuran, wujud dan fungsi. Bentuk-bentuk ini secara visual disusun menjadi sesuatu yang koheren, organisasi nonhirarki, tidak hanya melalui jarak yang saling berdekatan namun juga melalui kesamaan sifat visual yang dimilikinya.
Sejumlah bentuk perumahan kelompik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk arsitektur tradisional dari berbagai kebudayaan. Meskipun tiap kebudayaan melahirkan suatu jenis yang unik sebagai tanggapan terhadap factor kemampuan teknis, iklim dan social budaya, pengorganisasian perumahan kelompok ini pada umumnya mempertahankan individualitasnya masing-masing unitnya serta suatu tingkat keragaman moderat dalam konteks keseluruhan penataan.

Bentuk grid
Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh garis-garis grid itu sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur sangkar. Karena kesamaan demensi dan sifat semetris dua arah, grid bujur sangkar pada prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu tekstur tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri yang berulang dan mendalam.
Bujur sangkar, bila diproyeksikan kepada dimensi ketiga, akan menimbulkan suatu jaringan ruang dari titik-titik dan garis-garis referensi. Di dalam kerangka kerja modular ini, beberapa bentuk dan ruang dapat diorganisir secara visual.

Penggabungan bentuk geometri
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau berlawanan orientasinya dan saling menembus batas masing-masing. Maka masing-masing bentuk akan bersaing untuk mendapatkan supermasi dan dominasi secara visual. Pada situasi semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat berkembang:
a. kedua bentuk dapat menghilangkan identitas masing-masing dan bersatu menciptakan suatu bentuk komposit yang baru.
b. Salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat menerima bentuk yang lain secara keseluruhan di dalam ruangnya.
c. Kedu bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas masing-masing dan bersama-sama memiliki bagian volume yang saling berkaitan.
d. Kedua bentuk dapat terpisah dan dihubungkan oleh unsure ketiga yang memiliki geometri serupa dengan salah satu bentuk asalnya.
Bentuk-bentuk yang berbeda dalam hal geometri atau orientasi mungking tergabung dalam suatu organisasi tunggal untuk beberapa alas an sebagai berikut:
• Untuk menampung atau menekankan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari ruang interior dan bentuk eksterior.
• Utnuk menunjukkan kepentingan fungsional atau simbolis dari suatu betntuk atau ruang di dalam konteksnya.
• Untuk menciptakan suatu bentuk komposit yang menggabungkan geometri-geometri kontras kepada organisasi terpusatnya.
• Utnuk mengarahkan suatu ruang terhadap suatu arah tertentu di dalam tapak bangunan.
• Untuk membentuk volume ruang yang jelas dari suatu bentuk bangunan.
• Untuk menunjukkan dan menegaskan bermacam-macam system konstruksi atau mekanik yang berada di dalam sebuah bentuk bangunan
• Untuk memperkuat kondisi local yang simetris dalam suatu bentuk bangunan.
• Untuk menanggapi geometri-geometri yang berbeda topografi, tumbuh-tumbuhan, batas-batas tapak, atau struktur-struktur yang sudah ada di lapangan.
• Untuk memanfaatkan jalur gerak yang sudah ada pada suatu tapak bangunan.
Bentuk penggabungan dua bentuk diantaranya:
1. lingkaran dan bujur sangkar
2. grid yang diputar

Penegasan bentuk
Penegasan bentuk atau artikulasi di sini berarti cara bagaimana permukaan-permukaan suatu bentuk secara bersama-sama bentuk suatu wujud dan volume. Suatu bentuk yang dipertegas secara jelas memperlihatkan sifat asli bagian-bagiannya dengan tepat serta hubungannya satu sama lain termasuk hubunganya secara meneluruh. Permukaan-permukaannya tampak sebagai bidang-bidang yang berlainan denganwujud yang berbeda dan konfigurasi keseluruhan yang jelas serta mudah diterima. Demikian pula, kelompok bentuk yang dipertegas dapat menekan pertemuan-pertemuan antara bentuk-bentuk pokoknya dalam rangka mengeskpresikan sifat-sifat individualnya secara visual.
Sebagai kebalikan dari hal di atas, sudut-sudut, suatu bentuk dapat dibulatkan dan dihaluskan untuk menonjolkan kesinambungan seluruh permukaannya. Selain itu bahan, warna, tekstur, atau pola dapat dibuat melewati sudut dan permukaan yang berdekatan untuk mengurangi individualitas bidang permukaan dan sebaliknya menonjolkan volume suatu bentuk.
Sebuah bentuk dapat ditegaskan dengan:
a. membedakan permukaan yang berdekatan dengan jalan memberi perbedaan jenis material, warna, tekstur maupun polanya.
b. Mengembangkan sudut menjadi unsure linier yang tegas dan terpisah dari permukaan.
c. Menghilangkan sudut yang secara fisik memisahkan bidang-bidang yang berdekatan.
d. Menyinari bentuk untuk menciptakan ketajaman kontras dalam tingkat irama sepanjang sisi dan sudutnya.

TERBENTUKNYA RUANG DARI UNSUR VERTICAL

Unsur-unsur Linier Vertikal
Unsur-unsur linier membentuk sisi-sisi tegak lurus dari suatu volume ruang.

Bidang Vertikal Tunggal
Sebuah bidang vertikal akan mempertegas ruang di hadapannya.

Bidang Berbentuk L
Suatu konfigurasi bentuk-L dari bidang-bidang vertikal menimbulkan suatu daerah ruang dan arah sudut keluar sepanjang diagonalnya.

Bidang-bidang Sejajar
Dua buah bidang vertikal sejajar membentuk suatu volume ruang di antaranya yang berorientasi aksial terhadap kedua ujung terbuka dari konfigurasinya

Bidang Berbentuk U
Suatu konfigurasi bentuk-U dari bidang-bidang vertikal membentuk suatu volume ruang yang orientasi utamanya menghadap ujung yang terbuka dari konfigurasinya

Empat Bidang Tertutup
Empat bidang vertikal membentuk batas-batas dari suatu ruang introvert dan mempengaruhi daerah ruang di sekeliling pagar tersebut.

Gambarnya dapat anda lihat seperti urutan yg ada dibawah ini :
image017
Unsur-unsur Linier Vertikal
Dua buah kolom membentuk sebuah membran ruang transparan oleh tarikan visual di antara kedua kolom tersebut. Tiga kolom atau lebih dapat diatur untuk membentuk sudut-sudut suatu volume ruang.
Ruang ini tidak memerlukan ruang lingkup yang luas untuk pendefinisian tetapi terkait secara bebas dengan lingkup tersebut.
http://i212.photobucket.com/albums/cc30/tonaas/800px-National_Archives_Building_44.jpg
Archive Building ( USA )

Sisi-sisi suatu volume ruang dapat diperkuat secara visual dengan memperjelas bidang dasarnya dan membentuk batas atasnya dengan balok-balok yang membentanq di antara kolom-kolom atau dengan memasang suatu bidang atas.

Bidang vertikal tunggal
Daerah ruang di mana hanya terdapat satu bidang vertikal kurang jelas batas-batasnya. Bidang tersebut dapat membentuk hanya satu buah sisi dari daerah tersebut. Untuk membentuk suatu volume ruang 3-dimensi, bidang tersebut harus berinteraksi dengan unsur-unsur bentuk yang lainnya.
Tinggi sebuah bidang sangat rlatif terhadap tinggi tubuh kita. Tinggi mata kita merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan bidang menggambarkan ruang secara visual.
Pada ketinggian lutut, sebuah bidang dapat membentuk sisi
daerah ruang tetapi hanya sedikit bahkan tidak memberi kesan tertutup.
Pada tinggian pinggang, bidang mulai memberikan kesan tertutup tetapi masih memungkinkan kontinuitas visual dengan ruang-ruang di dekatnya.
http://www.galeri-nasional.or.id/images/exhibition/Ruang_pamer10.gif
Galeri nasional Indonesia

Pada ketinggian mata, mulai terasa pemisahan ruang dengan ruang lainnya.
Di atas ketinggian manusia, suatu bidang memutuskan kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang antara dua daerah dan memberikan kesan tertutup yang kuat.

Bidang berbentuk L :
Konfigurasi L dari bidang-bidang vertikal membentuk suatu daerah ruang sepanjang diagonalnya, dan sudut ke arah luar. Daerah introvert pada sudut-sudut interior menjadi ekstrovert sepanjang sisi terluarnya.
Bidang-bidang dengan konfigurasi L tampak stabil dan mampu menyangga diri sendiri, serta dapat berdiri tegak di dalam ruang. Bentuk ini memiliki ujung-ujung terbuka yang merupakan unsur pembentuk ruang yang fleksibel.
Dua sisi suatu daerah dengan jelas dibentuk oleh dua buah bidang. Sisi-sisi lainnya masih meragukan, kecuali dipertegas dengan penambahan unsur-unsur vertikal, manipulasi bidang dasar, atau bidang atas.
Jika suatu bukaan dibuat pada salah satu sudut dari konfigurasi ini, definisi daerah akan melemah.
Kedua bidang akan terisolir satu sama lain dan salah satu akan tampak bergeser dan secara visual mendominasi bidang lainnya.
Jika kedua bidang tersebut dibuka di arah sudutnya, daerah tersebut akan menjadi lebih dinamis dan akan mengorganisir diri sepanjang diagonal konfigurasinya.
Konfigurasi Bidang L dapat digunakan dalam suatu kombinasi satu sama lain atau dengan unsur bentuk yang lain untuk membentuk bermacam variasl ruang.

contoh skesta yang berbentuk bidang berbentuk L :http://www.ideaonline.co.id/extension/idea/design/idea/images/forum/dapur2.jpg

Bidang-bidang sejajar
Sepasang bidang vertikal sejajar membentuk daerah ruang di antaranya. Tepi terbuka pada ruangan terbentuk oleh sisi vertikal bidang, memberikan arah yang kuat pada ruangan.
Orientasi utamanya adalah sepanjang sumbu di mana bidang-bidang tersebut simetris. OIeh karena bidang-bidang sejajar tidak bertemu membentuk suatu sudut dan menutup penuh kawasan, maka ruang tersebut bersifat terbuka keluar (ekstrovert).
Batasan daerah ruang sepajang tepi yang terbuka dari konfigurasi dapat diperkuat secara visual dengan manipulasi bidang dasar atau menambahkan unsur bidang atas pada komposisinya.
Daerah ruang dapat diperluas dengan meneruskan bidang Iantai ke arah luar melalui tepi-tepi yang terbuka.
Jika salah satu bidang sejajar dibedakan dengan perubahan bentuk, warna atau tekstur, maka sumbu sekunder yang tegak lurus terhadap aliran ruang akan terbentuk.
Bukaan pada salah satu atau kedua bidangnya juga akan menimbulkan sumbu sekunder dan mengatur kualitas arah ruangnya.
Fungsi terpenting dalam penggunaan dinding vertikal adalah sebagai unsur penyangga dalam suatu sistem struktur dinding penahan.
Dinding-dinding penahan akan membentuk ruang dengan kualitas arah yang kuat.
Ruang-ruang ini dapat dihubungkan satu dengan lainnya hanya dengan menyisipkan dinding penahan lain untuk menciptakan daerah ruang yang tegak lurus.
contoh maket bidang vertikal sejajar :
http://cca.qc.ca/system/items/29/stackB/DR1990_0018_vue4.jpg
illustrated by Le Corbusier

Bidang berbentuk U
Sebuah konfigurasi bentuk U dari bidang-bidang vertikal membentuk daerah ruang yang memiliki fokus ke arah dalam serta orlentasi ke arah luar.
Pada sisi tertutup dan konfigurasi itu, daerah tersebut terentuk dengan baik. Terhadap tepi yang terbuka, daerah terseut bersifat terbuka keluar (ekstrovert).
Sisi yang terbuka merupakan aspek utama dan konfigurasi ini karena memungkinkan daerah tersebut memiliki kontinuitas ruang dan visual dengan ruang yang berhadapan.
Perluasan kawasan ruang dengan ruang di hadapannya dapat diperkuat secara visual dengan meneruskan bidang dasarnya melampaui sisi terbuka dari konfigurasi ini.
Jika bidang bukaan dibentuk lebih jauh dengan unsur-unsur kolom atau bidang atas, pembentukan suatu bidang asli akan diperkuat dan kontinuitas dengan ruang di hadapannya yang akan terputus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCc4J_VW_x2vbRrfGmKcOqHmT8ORU5kCLQDxBlZ7l3TmpMejZ3kQs1fZ3_2v8jCjXRvmepVYP6IV1ctfJUequDfKSBV9lZLcprvYSsgw8p8VHl0NLmaw1tW1kfNf-z5zYiDvXJKVjx6Yl/s400/info+proyek+East-Coast-Residence.jpg
East Coast Residence, SURABAYA

Jika bukaan dibuat pada sudut-sudut suatu konfigurasi, maka daerah-daerah sekunder akan tercipta di dalam suatu daerah dinamis dan multi arah.

Empat bidang tertutup
Empat buah dinding vertikal yang mencakup suatu daerah ruang merupakan hal yang paling umum, dan merupakan pembentuk ruang yang terkuat di dalam arsitektur.
Jika daerah tersebut tertutup sepenuhnya, maka ruang yang terbentuk bersifat introvert.
Untuk dapat mencapai dominasi visual di dalam sebuah ruang atau untuk menjadi muka utamanya, maka salah satu bidang penutup dapat dibedakan dari yang lainnya melalul ukuran, bentuk, penegasan permukaan, atau melalui sifat bukaan di dalamnya.

Pustaka

Akmal, Imelda, Karya-karya Arsitek Muda Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1997-2002

Ching, Francis DK, Ilustrasi: Desain Interior, terjemahan, Erlangga, 1996IAI, Karya Arsitek Indonesia, IAI, Jakarta, 2003

Pengertian Sistem Struktur

http://labstruktur.petra.ac.id/Source%20Material/AR-410a.gif
Add caption
Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Beban dibedakan dalam beberapa arti :

Beban Gravitasi : Tegak Lurus Kebumi, vertikal ke bumi, beban yang secara alami dimiliki oleh setiap benda di muka bumi.

Beban Lateral atau Horizontal :Tegak Lurus terhadap beban gravitasi atau mendatar relatif sejajar permukaan bumi.

Pembagian beban berdasarkan sebabnya :
1. Beban yang disebabkan Alam (Geofisika)
Arus dan Gelombang air, geothermal-uap dan gas, angin, gempa tektonik dan vulkanik, hujan, salju, dsb.
2. Beban yang disebabkan Buatan Manusia (Man Made)
getaran kendaraan, suara buatan, ledakan bom, nuklir, benturan, pukulan, dsb.

Perbedaan beban hidup dan beban mati

Beban Mati
 Berat Sendiri – Struktur dan Seisinya
 Sifatnya Permanen – Tetap, Statik
 Beban mati dapat dihitung dengan akurat – material dan komponennya jelas.
Contoh :
 Struktur dinding, lantai, atap, plafon, perlengkapan Sistem Mekanikal Elektrikal

Beban Hidup
 Salju, Air hujan, Es
 Tekanan Air,Tanah, dan Air Tanah
 Beban Angin
 Beban Gempa ;
o Pergeseran pada Patahan/plate
o Tanah Longsor, Tanah Turun pada lapisan bawah
o Tsunami
 Beban Termis – Panas, Memuai dan Pemuaian
 Beban Ledakan – Nuklir, Super Sonic
 Sifatnya Berubah atau Temporari atau Semi Permanen
 Beban Hidup terkadang sukar diprekdiksi arah dan besarnya
 Besaran dapat berubah menurut Waktu dan Tempat
 Beban Hidup dapat bekerja secara Statik ataupun Dinamik
Contoh :
 Orang, Perabot Interior-Furnitur, Dinding Partisi, Sebagian Perlengkapan Mekanikal (tangki air, pipa, dll).

Konsep dasar sistem struktur :
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mendisain struktur adalah

Pola Geometrik
bentuk geometrik diperlukan untuk kemudahan dalam hal ;
 organisasi fungsi ruang,
 visual,
 stabilitas,
 distribusi beban.

Pola dan Koordinasi Modul
untuk memudahkan dalam mendisain, pelaksanaan lapangan dan perhitungan-perhitungan sruktur
 Modul Perencanaan (Ruang/Arsitektural)
 Modul Struktur
 Modul Bahan/Material
 Modul Utilitas
 Modul Perlengkapan Furnitur

Pola Struktur
 Pola/Modul Grid, garis-garis kotak lurus
 Pola Radial/Memusat
 Pola Abstrak/tidak berbentuk
 Pola Gabungan

Elemen – elemen dasar struktur :

Struktur Vertikal ;
 Kolom Murni ; perletakan kolom (Lihat Lampiran Gambar)
o Letak kolom dengan pengulangan secara merata
o Letak kolom ditepi,
o Ditepi dan ditengah
o Letak kolom terpusat
 Dinding Murni ; Lihat Lampiran Gambar)
o Dinding Lurus/Linear
o Dinding Siku/Tekuk
o Dinding Core Terbuka
o Dinding Core Tertutup
 Gabungan/Kombinasi
o Kombinasi antara kolom, dinding-dinding
o Dapat diletakkan tegak, miring atu kurva

Elemen Struktur Horizontal ;
 Plat Lantai ; (Lihat Lampiran Gambar)
o Plat Beton Slab (Solid)
o Plat Wafel
o Plat Komposit (Steel Deck - Bondex)
o Plat Berongga (Hollow-core concrete slabs)
 Atap Datar
o Dak Beton
o Steel Deck
o Komposit/Kombinasi
 Balok-Balok ; (Lihat Lampiran Gambar)
o Balok Paralel; satu arah (oneway) dan dua arah (two way system)
o Balok dengan susunan Radial
o Balok dengan susunan Diagonal
o Balok dengan susunan Kombinasi (Hibrid)

Elemen Dasar Struktur menurut Bentuk Geometrik
 Elemen Garis Lurus (Balok dan Kolom) – merupakan elemen struktur satu dimensi.
 Elemen Bidang Datar (Flat Surface Structure/Slab)
 Elemen Lipat/Patah dan Lipat Kurva ( “Folded and Curved Line“)
 Elemen Dinding Lengkung dan Dinding Miring
 Elemen Permukaan Lengkung (“Curved Surface“)

Sistem Struktur Penahan Beban Lateral
Pada dasarnya untuk menahan beban vertikal ; kolom struktur dan sistem pondasi adalah yang utama.
Dasar untuk menahan beban lateral/horizontal dapat dipecahkan dengan cara ;
o Membuat sambungan jepit sempurna (rigid frame) pada sistem struktur rangka ;
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada bagian kolom dengan sistem pondasi/tanah.
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada kolom dan balok, baik sebagian maupun keseluruhan sistem portal.
o Menggunakan ikatan diagonal (bracing) pada struktur rangka.
o Menggunakan dinding panel (dinding geser/“shear wall“) pada sistem struktur rangka atau dinding geser murni (menerus)
o Menggunakan Kombinasi dari ketiga sistem diatas

Sistem Struktur Portal (Single-Storey Skeleton Structure)
http://www.moriscobamboo.com/images/warehouse_4.jpg
Elemen dasar struktur portal adalah berupa elemen batang yang disusun/dirakit sedemikian rupa menjadi “Balok dan Kolom” (“Post and Lintel/Beam”). Elemen Batang disebut juga sebagai elemen garis /satu dimensi.

Hubungan Sistem Rangka dapat dibentuk atas dasar :
o Susunan rangka dengan ikatan jepit sempurna/hubungan kaku (“rigid”)antara elemen-elemen batang yang tersusun.
o Susunan rangka dengan ikatan sendi/engsel (“pin”, “hinge”) dengan konsep dasar susunan berupa ‘truss”segi tiga.
o Susunan kombinasi keduanya.
Sistem portal dapat disusun satu buah (“single”) atau multi level(“multibay”-bersusun dengan mengulangan). Sistem rangka dapat disusun dan dikembangkan dengan arah susunan ;
 Paralel
 Radial, dengan cara dirotasi
 Bentuk-bentuk susunan bebas

DEFENISI RUANG

Sebuah bidang yang diperluas dalam arah yang berbeda dari arah asalnya akan menjadi sebuah ruang. Ruang adalah daerah 3 dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila suatu bagian dari daerah tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu.

Sebagai bentuk 3 dimensi, ruang sangat terkait dengan volume. Secara konsep, sebuah volume mempunyai tiga dimensi, yaitu: panjang, lebar, dan tinggi. Semua volume dapat dianalisis dan dipahami terdiri atas:
• Titik atau ujung di mana beberapa bidang bertemu.
• Garis atau sisi-sisi di mana dua buah bidang berpotongan.
• Bidang atau permukaan yang membentuk batas-batas volume.

Sebagai unsur tiga dimensi, dalam perbendaharaan perancangan arsitektur suatu ruang dapat:

Ruang kosong / void
Yaitu ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang.

Ruang isi / solid
Yaitu ruang yang ditempati massa.

ARSITEKTUR MODERN


Masjid berarsitektur modern yang terdapat di Uni Emirat Arab

Penggunaan bahan bangunan baru dan teknologi yang canggih disertai gaya bangunan terbaru menjadi inspirasi tertinggi pada seni bangunan gaya modern. Bangsa Arab sangat semangat dalam membuat masjid dengan arsitektur ini. Mengingat sangat berdebunya gaya bangunan lama mereka. Disusul oleh bangsa melayu yang lebih memilih gaya modern daripada gaya melayu. Segala puji bagi Allah yang tetap menetapkan hati sebagian orang untuk tetap melestarikan gaya arsitektur lampau dan menggabungkannya dengan teknologi modern. Maka munculah jenis arsitektur Mamluk modern, Maghribi modern, dan seterusnya. Karya terbesar dan termewah dari arsitektur modern adalah masjid Nabawi di Madinah. Masjid Nabi yang sekarang bergaya Mamluk Modern ini merupakan bangunan tempat ibadah termewah di dunia. Masjid Qol Sharif di Kazan Rusia yang baru berdiri beberapa tahun lalu seraya mengikrarkan bahwa era arsitektur tatar modern sudah dimulai. Hal ini disambut dengan pendirian lima masjid agung di Moskow yang akan menggunakan jenis arsitektur modern ini. Walaupun menggunakan teknologi modern, beberapa bangunan masjid baru tetap memakai identitas original mereka pada bangunan masjidnya. Seperti Masjid baru di Alexandia Mesir yang tetap menggunakan warna coklat muda untuk bangunannya disertai ukiran-ukiran khas Mamluk pada dindingnya. Yeni Camii di Istanbul dan Neukoeln Moschee di Jerman tetap menggunakan identitas keturkiannya pada bangunan masjidnya berupa kubah pecak, ornamen khas dan menara beratap kerucut. Pada akhirnya yang dimaksud dengan arsitektur modern bukanlah mengenai bentuk bangunannya, melainkan penggunaan bahan baku yang berkualitas dan penggunaan teknologi yang lebih baik. Walaupun begitu kita tetap dapat menjumpai masjid dengan arsitektur yang modern atau dalam hal ini lebih berarti berbeda terlepas dari penggunaan identitas arsitektur tradisional, contohnya adalah masjid di Uni Emirat Arab dan „London Mega Mosque“ berkapasitas 400.000 jemaah yang akan dibangun di kota London atas kerja sama antara Kerajaan Saudi Arabia dan Kerajaan Inggris Raya.

ORGANISASI RUANG

Berikut ini adalah jenis-jenis organisasi ruang :
1.Organisasi Terpusat  
   Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder.

2.Organisasi LinierSuatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang

3.Organisasi Radial
   Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-ruang Iinier yang berkembang  menurut arah jari-jari.

4.Organisasi Cluster
   Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu cirii atau hubungan visual.

5.Organisasi Grid
   Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lain.
contohnya:
Organisasi Terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingnya.
Ruang-ruang sekunder dan suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran.Menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometnis teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap:
• kebutuhan akan fungsi.
• menunjukkan kepentingan relatif.
• lingkungan sekitar.
• kondisi tapak.
Pola sirkuIasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral.Hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Contoh desain organisasi ruang terpusat :Organisasi Linier
Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi.Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.
Derajat kepentingannya ditegaskan melalui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.Penempatan ruang penting pada bagian tengah rangkaian linier.
Penempatan ruang penting pada ujung rangkaian linier.
Penempatan ruang penting pada titik-titik belok rangkaian linier.
Penempatan ruang penting di luar organisasi linier.Bentuk organisasi Iinier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam kondisi dan bentuk tapak. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapak, diagonal menaiki suatu kemiringan, atau berdiri tegak seperti sebuah menara.
Bentuk-bentuk lengkung dan bersegmen pada organisasi linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisi cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke pusat daerah.
Pada sisi cembungnya bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap Iingkungannya.Contoh desain organisasi ruang linear :Organisasi Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.
Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar Iingkupnya.
Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.
Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling.
Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.
Contoh desain organisasi ruang radial :Organisasi Cluster
Organisasi dalam bentuk kelompok atau “cluster” mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri dart ruang-ruang yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi.
Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti simetri atau sumbu.Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.
Berkelompok dengan tempat masuk
Berkelompok sepanjang alur gerakBerkelompok sepanjang jalan berkeliling (loop)
Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya.Pola terpusat
Pola berkelompok
Pola di dalam ruang
Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu atau dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.
Kondisi sumbuKondisi simetri
Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang atau kelompok ruang.
Contoh desain organisasi ruang cluster :Organisasi Grid
Organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimensi.
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit ruang odular berulang.Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-ruang organisasi grid.
Karena sebuah grid tiga dimensi terdiri dari unit-unit ruang modular yang berulang, maka organisasi ini dapat dikurangi, ditambahkan, atau dilapisi, dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai sebuah grid.Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai dimensi ruang atau untuk menegaskan daerah ruang sirulasi, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah.
Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang yang melampaui daerahnya.
Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya.
Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapak.
Contoh desain organisasi ruang grid :

Selasa, 29 Mei 2012

RUANG TERBUKA dan RUANG TERBUKA HIJAU

I. RUANG TERBUKA (OPENSPACE)
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat.

Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial,  ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.

Ruang terbuka menciptakan karakter masyarakat kota. Tanpa ruang-ruang publik masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat maverick yang nonkonformis-individualis-asosial, yang anggota-anggotanya tidak mampu berinteraksi apalagi bekerja sama satu sama lain. Agar efektif sebagai mimbar, ruang publik haruslah netral. Artinya, bisa dicapai (hampir) setiap penghuni kota. Tidak ada satu pun pihak yang berhak mengklaim diri sebagai pemilik dan membatasi akses ke ruang publik sebagai sebuah mimbar politik.

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun  waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya.  Dilihat dari sifatnya ruang terbuka bisa dibedakan menjadi ruang terbuka privat (memiliki batas waktu  tertentu untuk mengaksesnya dan kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal), ruang terbuka semi privat (ruang  publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses langsung oleh masyarakat, contoh Senayan, Ancol)  dan ruang terbuka umum (kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas  waktu tertentu, contoh alun-alun, trotoar). Selain itu ruang terbuka pun bisa diartikan sebagai ruang interaksi (Kebun Binatang, Taman rekreasi, dll).

Ditinjau dari pengertian di atas, ruang terbuka tidak selalu harus memiliki bentuk fisik (baca: lahan dan lokasi) definitif. Dalam bahasa arsitektur, ruang terbuka yang telah berwujud fisik ini sering juga disebut sebagai ruang publik, sebutan yang sekali lagi menekankan aspek aksesibilitasnya.

Stephen Carr dalam bukunya Public Space, ruang publik harus bersifat responsif, demokratis, dan  bermakna. Ruang publik yang responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan  kepentingan luas. Secara demokratis yang dimaksud adalah ruang publik itu seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat umum tanpa harus terkotak-kotakkan akibat perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya.  Bahkan, unsur demokratis dilekatkan sebagai salah satu watak ruang publik karena ia harus dapat  dijangkau (aksesibel) bagi warga dengan berbagai kondisi fisiknya, termasuk para penderita cacat tubuh  maupun lansia.

Ruang-ruang terbuka  atau ruang-ruang publik ditinjau dari bentuk fisiknya dapat rupa Ruang Terbuka Hijau dan/atau Ruang Terbuka Binaan (Publik atau Privat)


II.  RUANG TERBUKA HIJAU  (Green Openspaces)

Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat  tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya  pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota.

Sejumlah areal  di  perkotaan, dalam beberapa dasawarsa terakhir  ini,  ruang publik,  telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer” (container  development) yakni bangunan yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti Mall, Perkantoran, Hotel, dlsbnya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja yang “percaya diri” untuk  datang ke tempat-tempat semacam itu.

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.

Contoh, Curtibas, sebuah kota di Brazil yang menjadi bukti keberhasilan penataan ruang yang mengedepankan RTH di perkotaan. Melalui berbagai upaya penataan ruang seperti pengembangan pusat perdagangan secara linier ke lima penjuru kota, sistem transportasi, dan berbagai insentif pengembangan kawasan, persampahan dan RTH, kota tersebut telah berhasil meningkatkan rata-rata luasan RTH per kapita dari 1 m2 menjadi 55 m2 selama 30 tahun terakhir. Sebagai hasilnya kota tersebut sekarang merupakan kota yang nyaman, produktif dengan pendapatan per kapita penduduknya yang meningkat menjadi dua kali lipat. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggapan pengembangan RTH yang hanya akan mengurangi produktivitas ekonomi kota tidak terbukti.

Kebijaksanaan pertanahan di perkotaan yang sejalan dengan aspek lingkungan hidup adalah jaminan terhadap kelangsungan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau ini mempunyai fungsi “hidro-orologis”, nilai estetika dan seyogyanya sekaligus sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Taman-taman di kota menjadi wahana bagi kegiatan masyarakat untuk acara keluarga, bersantai, olah raga ringan dan lainnya. Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan keberadaannya dari keinginan untuk merobahnya.

Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) Dan Ruang Terbuka  Hijau Binaan (RTH Binaan).

Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, di dominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau tanaman budi daya.
Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dsbnya.

Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman.
Kawasan/ruang  hijau terbuka binaan sebagai upaya menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota, peresapan air, pencegahan polusi  udara dan perlindungan terhadap flora



III.  RUANG TERBUKA BINAAN  (Built Openspaces)

Ruang Terbuka Binaan atau Built Openspaces, terdiri dari Ruang Terbuka Binaan Publik (RTBPU) Dan Ruang Terbuka Binaan Privat (RTBPV).

Ruang Terbuka Binaan Publik (RTBP) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi keseluruhan oleh perkerasan.
Ruang Terbuka Binaan Publik makro antara lain: ruang jalan, kawasan bandar udara, kawasan pelabuhan laut, daerah rekreasi, dan Ruang Terbuka Binaan Publik mikro seperti mall di lingkungan terbatas, halaman mesjid, halaman gereja, plaza di antara gedung perkantoran dan kantin.

Ruang Terbuka Binaan Privat (RTBPV) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbatas/ pribadi.
Ruang Terbuka Binaan Privat antara lain: halaman rumah tinggal dengan berbagai luasan persil

Bagan Struktur Ruang Terbuka
RUANG TERBUKA
BINAAN PRIVAT
(RTBPV)
RUANG TERBUKA
BINAAN PUBLIK
(RTBPU)
RUANG TERBUKA
OPENSPACE

RUANG TERBUKA
HIJAU LINDUNG
(RTHL)
RUANG TERBUKA
HIJAU BINAAN
(RTH BINAAN)
RUANG TERBUKA
BINAAN
(RTB)
Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, di dominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau tanaman budi daya.

Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dsbnya.
Ruang Terbuka Binaan Publik (RTBP) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi keseluruhan oleh perkerasan.

Ruang Terbuka Binaan Publik makro antara lain: ruang jalan, kawasan bandar udara, kawasan pelabuhan laut, daerah rekreasi,

dan Ruang Terbuka Binaan Publik mikro seperti mall di lingkungan terbatas, halaman mesjid, halaman gereja, plaza di antara gedung perkantoran dan kantin.
RUANG TERBUKA
HIJAU
(RTH)
Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman.

Kawasan/ruang  hijau terbuka binaan sebagai upaya menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota, peresapan air, pencegahan polusi  udara dan perlindungan terhadap flora

Adapun kawasan ruang terbuka hijau binaan dimanfaatkan untuk fasilitas umum rekreasi dan olahraga taman, kebun hortikultura, hutan kota, taman di lingkungan perumahan, pemakaman umum, jalur hijau umum, jalur hijau pengamanan sungai, jalur hijau pengamanan kabel tegangan tinggi, dan termasuk bangunan pelengkap atau kelengkapannya


Ruang Terbuka Binaan Privat (RTBPV) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbatas/ pribadi.

Ruang Terbuka Binaan Privat antara lain: halaman rumah tinggal dengan berbagai luasan persil.

IV.       PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN FUNGSINYA

Pendekatan ini didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat diberikan oleh ruang terbuka hijau terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, atau dalam upaya mempertahankan kualitas yang baik.

a.       Daya Dukung Ekosistem

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilandasi pemikiran bahwa ruang terbuka hijau tersebut merupakan komponen alam, yang berperan menjaga keberlanjutan proses di dalam ekosistemnya. Oleh karena itu ruang terbuka hijau dipandang memiliki daya dukung terhadap keberlangsungan lingkungannya. Dalam hal ini ketersediaan ruang terbuka hijau di dalam lingkungan binaan manusia minimal sebesar 30%.

b.       Pengendalian Gas Berbahaya dari Kendaraan Bermotor

-          Gas-gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sebagai gas buangan bersifat menurunkan kesehatan manusia (dan makhluk hidup lainnya), tertama yang berbahaya sekali adalah dari golongan Nox, CO, dan SO2. Diharapkan ruang terbuka hijau mampu mengendalikan keganasan gas-gas berbahaya tersebut, meskipun ruang terbuka hijau sendiri dapat menjadi sasaran kerusakan oleh gas tersebut. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan adalah mengadakan dan mengatur susunan ruang terbuka hijau dengan komponen vegetasi di dalamnya yang mampu menjerat maupun menyerap gas-gas berbahaya. Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia (oleh Dr. Nizar Nasrullah) telah menunjukkan keragaman kemampuan berbagai jenis pohon dan tanaman merambat dalam kaitannya dengan kemampuan untuk menjerat dan menyerap gas-gas berbahaya tersebut. Perkiraan kebutuhan akan jenis vegetasi sesuai dengan maksud ini tergantung pada jenis dan jumlah kendaraan, serta susunan jenis dan jumlahnya.

-          Sifat dari vegetasi di dalam ruang terbuka hijau yang diunggulkan adalah kemampuannya melakukan aktifitas fotosintesis, yaitu proses metabolisme  di dalam vegetasi dengan menyerap gas CO2, lalu membentuk gas oksigen. CO2 adalah jenis gas buangan kendaraan bermotor yang berbahaya lainnya, sedangkan gas oksigen adalah gas yang diperlukan bagi kegiatan pernafasan manusia. Dengan demikian ruang terbuka hijau selain mampu mengatasi gas berbahaya dari kendaraan bermotor, sekaligus menambah suplai oksigen yang diperlukan manusia. Besarnya kebutuhan ruang terbuka hijau dalam mengendalikan gas karbon dioksida ini ditentukan berdasarkan target minimal yang dapat dilakukannya untuk mengatasi gas karbon dioksida dari sejumlah kendaraan dari berbagai jenis kendaraan di kawasan perkotaan tertentu.

c.       Pengamanan Lingkungan Hidrologis

-          Kemampuan vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat dijadikan alasan akan kebutuhan keberadaan ruang terbuka hijau tersebut. Dengan sistem perakaran yang baik, akan lebih menjamin kemampuan vegetasi mempertahankan keberadaan air tanah. Dengan semakin meningkatnya areal penutupan oleh bangunan dan perkerasan, akan mempersempit keberadaan dan ruang gerak sistem perakaran yang diharapkan, sehingga berakibat pada semakin terbatasnya ketersediaan air tanah.

-          Dengan semakin tingginya kemampuan vegetasi dalam meningkatkan ketersediaan air  tanah, maka secara tidak langsung dapat mencegah  terjadinya peristiwa intrusi air laut ke dalam sistem hidrologis yang ada, yang dapat menyebabkan kerugian berupa penurunan kualitas air minum dan terjadinya korosi/ penggaraman pada benda-benda tertentu.

d.       Pengendalian Suhu Udara Perkotaan

-          Dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan evapo-transpirasi, maka vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat menurunkan tingkat suhu udara perkotaan. Dalam skala yang lebih luas lagi, ruang terbuka hijau menunjukkan kemampuannya untuk mengatasi permasalahan ‘heat island’ atau ‘pulau panas’, yaitu gejala meningkatnya suhu udara di pusat-pusat perkotaan dibandingkan dengan kawasan di sekitarnya.

-          Tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau untuk suatu kawasan perkotaan bergantung pada suatu nilai indeks, yang merupakan fungsi regresi linier dari persentase luas penutupan ruang terbuka hijau terhadap penurunan suhu udara. Jika suhu udara yang  ditargetkan telah ditetapkan, maka melalui  indeks tersebut akan dapat diketahui luas penutupan ruang terbuka hijau minimum yang harus dipenuhi. Namun yang harus dicari terlebih dahulu adalah nilai dari indeks itu sendiri.

e.       Pengendalian Thermoscape di Kawasan Perkotaan

-          Keadaan panas suatu lansekap (thermoscpe) dapat dijadikan sebagai suatu model untuk perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau. Kondisi Thermoscape ini tergantung pada komposisi dari komponen-komponen penyusunnya. Komponen vegetasi merupakan komponen yang menunjukan struktur panas yang rendah, sedangkan bangunan, permukiman, paving, dan konstruksi bangunan lainnya merupakan komponen dengan struktur panas yang tinggi. Perimbangan antara  komponen-komponen dengan struktur panas rendah dan tinggi tersebut akan menentukan kualitas kenyamanan yang dirasakan oleh manusia. Guna mencapai keadaan yang diinginkan oleh manusia, maka komponen-komponen  dengan struktur panas yang rendah (vegetasi dalam ruang terbuka hijau) merupakan kunci utama pengendali kualitas thermoscape yang diharapkan. Keadaan struktur panas komponen-komponen dalam suatu keadaan thermoscape ini dapat diukur dengan mempergunakan kamera infra merah.

-          Keadaan panas suatu ruang lansekap yang dirasakan oleh manusia merupakan indikator penting dalam menilai suatu struktur panas yang ada. Guna memperoleh keadaan yang ideal, maka diperlukan keadaan struktur panas yang dirasakan nyaman oleh manusia. Dengan demikian, terdapat suatu korelasi antara komponen-komponen penyusun struktur panas dalam suatu keadaan thermoscape tertentu, dan rasa panas oleh manusia. Secara umum dinyatakan bahwa komponen-komponen dengan struktur panas rendah dirasakan lebih nyaman dibandingkan dengan struktur panas yang lebih tinggi.


f.         Pengendalian Bahaya-Bahaya Lingkungan

-          Fungsi ruang terbuka hijau dalam mengendalikan bahaya lingkungan terutama difokuskan pada dua aspek penting : pencegahan bahaya kebakaran dan perlindungan dari keadaan darurat berupa gempa bumi.

-          Ruang terbuka hijau dengan komponen penyusun utamanya berupa vegetasi mampu mencegah menjalarnya luapan api kebakaran secara efektif, dikarenakan vegetasi mengandung air yang menghambat sulutan api dari sekitarnya. Demikian juga dalam menghadapi resiko gempa bumi yang kuat dan mendadak, ruang terbuka hijau merupakan tempat yang aman dari bahaya runtuhan oleh struktur bangunan. Dengan demikian, ruang terbuka hijau perlu diadakan dan dibangun ditempat-tempat strategis di tengah-tengah lingkungan permukiman.


V.         PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN FUNGSINYA

Pendekatan ini didasarkan atas satu atau lebih manfaat yang dapat diperoleh oleh pengguna, terutama di kawasan perkotaan. Secara umum manfaat  yang diinginkan adalah berupa perolehan kondisi dan atau suasana yang sifatnya membangun kesehatan jasmani dan rohani manusia.

a.       Peningkatan kesehatan dan kesegaran lingkungan
b.       Penciptaan susunan ruang vista
c.        Penciptaan ruang bagi pendidikan lingkungan.


5.1.   Pola Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Beberapa Kota Besar

Pola pengembangan ruang terbuka hijau di berbagai kota memiliki keragaman penanganan yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah, pola hidup masyarakat, dan konsistensi kebijakan pemerintah.

Berikut akan diuraikan beberapa kasus pengembangan ruang terbuka hijau kota sebagai bahan komparasi untuk memperoleh masukan yang komprehensif mengenai rumusan bentuk pengaturan yang akan dihasilkan.


5.1.2           Ruang Terbuka Hijau di Luar Negeri

Kesadaran pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan di negara-negara maju telah berlangsung dalam hitungan abad. Pada jaman Mesir Kuno, ruang terbuka hijau ditata dalam bentuk taman-taman atau kebun yang tertutup oleh dinding dan lahan-lahan pertanian seperti di lembah sungai Efrat dan Trigis, dan taman tergantung Babylonia yang sangat mengagumkan, The Temple of Aman Karnak,  dan taman-taman perumahan.

Selanjutnya bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan Agora, Forum, Moseleum dan berbagai ruang kota untuk memberi kesenangan bagi masyarakatnya dan sekaligus lambang kebesaran dari pemimpin yang berkuasa saat itu.

Berikutnya pada jaman Meldevel, pelataran gereja yang berfungsi sebagai tempat berdagang, berkumpul sangat dominan sebelum digantikan jaman Renaisance yang glamour dengan plaza, piaza dan square yang luas dan hiasan detail serta menarik. Seni berkembang secara optimal saat ini, sehingga implementasi keindahan dan kesempurnaan rancangan seperti Versailles dan kota Paris menjadi panutan dunia.

Gerakan baru yang lebih sadar akan arti lingkungan melahirkan taman kota skala besar dan dapat disebut sebagai pemikiran awal tentang sistem ruang terbuka kota. Central Park New York oleh Frederick Law Olmested dan Calvert Voux melahirkan profesi Arsitektur Lansekap yang kemudian mengembang dan mendunia.

Melihat kenyataan tersebut tampaknya kebutuhan ruang terbuka yang tidak hanya mengedepankan aspek keleluasaan, namun juga aspek kenamanan dan keindahan di suatu kota sudah tidak dapat dihidari lagi, walaupun dari hari ke hari  ruang terbuka hijau kota menjadi semakin terdesak. Beberapa pakar mengatakan bahwa ruang terbuka hijau tidak boleh kurang dari 30%, Shirvani (1985), atau 1.200 m2 tajuk tanaman diperlukan untuk  satu orang, Grove (1983).

Bagaimana kota-kota di Mancanegara menghadapi hal ini, berikut diuraikan beberapa kota-kota yang dianggap dapat mewakili keberhasilan Pemerintah Kota dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota.
Singapura, dengan luas 625 Km2 dan penduduk 3,6 juta pada tahun 2000 dan kepadatan 5.200 jiwa/ km2, diproyeksikan memiliki ruang terbangun mencapai 69% dari luas kota secara keseluruhan. Dalam rencana digariskan 24% atau 177 Km2 sebagai ruang terbuka, sehingga standar ruang terbukanya mencapai 0,9 ha per 1.000 orang.

Tokyo, melakukan perbaikan ruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, kawasan industri, hotel dan penutupan beberapa jalur jalan. Walaupun luas kota Tokyo sangat terbatas, namun Pemerintah kota tetap mengusahakan taman-taman tersebut, yang memiliki standar 0,21 ha per 1.000 orang.
Sementara itu, pendekatan penyediaan ruang terbuka hijau yang dilakukan di Bombay – India, dapat pula dijadikan masukan awal untuk dapat memahami Hirarki Ruang Terbuka Hijau di lingkungan permukiman padat.

Menurut Correa, (1988), dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa apabila  diabstraksikan kebutuhan akan hal-hal yang bersifat sosial tercermin di dalam 4 (empat) unsur utama, yaitu :
§          Ruang keluarga yang digunakan untuk keperluan pribadi
§          Daerah untuk bergaul/ sosialisasi dengan tetangga
§          Daerah tempat pertemuan warga
§          Daerah ruang terbuka utama yang digunakan untuk kegiatan bersama seluruh warga masyarakat

Penelitian ini lebih lanjut mengungkapkan bahwa diperkirakan 75% fungsi ruang terbuka hijau dapat tercapai. Hal ini dikarenakan padatnya tingkat permukiman sehingga ruang terbuka berfungsi menjadi daerah interaksi antar individu yang sangat penting bahkan dibutuhkan.

Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai 8.000.000 jiwa, merupakan kenyataan. Oleh karenanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menentukan besarnya Ruang Terbuka Hijau pada kawasan permukiman padat.

Untuk menentukan standar RTH perlu dibuatkan suatu penelitian berdasarkan studi banding standar yang berlaku di negara lain.

Kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota-Kota Besar

No.
Kota
Populasi (juta jiwa)
RTH      (m2/jiwa)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Singapura
Baltimore
Chicago
San Fransisco
Washington DC
Muenchen
Amsterdam
Geneva
Paris
Stocholm
Kobe
Tokyo
2,70
0,93
3,37
0,66
0,76
1,27
0,81
0,17
2,60
1,33
1,40
11,80
7,0
27,0
8,80
32,20
45,70
17,60
29,40
15,10
8,40
80,10
8,10
2,10
Sumber : Liu Thai Ker, 1994

Dalam rangka optimalisasi distribusi penyediaan ruang terbuka hijau kota, contoh kasus pengembangan pembangunan pertamanan yang diterapkan di Roterdam (A.B Grove dan R.W. Cresswell dalam City Landscape) dapat dikemukakan tabel dibawah ini:

Ruang Terbuka Hijau Kota Roterdam terbagi sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut ini : 



Tabel Pembagian Ruang Terbuka Hijau Kota Roterdam
Unit
Jenis Ruang Terbuka Hijau

Keterangan

1
Ruang Terbuka Hijau di Lokasi Perumahan (House Block Greenspace)
§          Luas = + 50 – 5000m2
§          Jarak Tempuh, max = 250 m
§          Lokasi : di dalam area perumahan
§          Standard : 2,8 – 3,7 m2/ penduduk
2
Ruang Terbuka Hijau di Bagian Kota (Quarter Greenspace)
§          Luas = + 5000m2 (4 Ha)
§          Jarak Tempuh, Max = 400 m
§          Lokasi : radius + 300 – 500 m
§          Standard : 3,6 – 4,5 m2/ penduduk
3
Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Kota (District Greenspace)
§          Luas = + min 8 Ha
§          Jarak tempuh, max = 800 m
§          Lokasi : di wilayah kota
§          Standar : 3,7 – 4,8 m2/ penduduk
§          Ruang Terbuka ini melayani 2 s/d 3 ruang terbuka hijau bagian wilayah kota
4
Ruang Terbuka Hijau Kota (Town Greenspace)
§          Luas = 20 – 200 Ha
§          Dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi
§          Standar : 9 – 12,8 m2/ penduduk






5.1.3.         Ruang Terbuka Hijau di Dalam Negeri

Hampir semua studi mengenai perencanaan kota (yang dipublikasikan dalam bentuk rencana umum tata ruang kota dan pendetailannya) menyebutkan bahwa kebutuhan ruang terbuka di perkotaan berkisar antara 30% hingga 40%, termasuk di dalamnya bagi kebutuhan jalan, ruang-ruang terbuka perkerasan, danau, kanal, dan lain-lain. Ini berarti keberadaan ruang terbuka hijau (yang merupakan
sub komponen ruang terbuka) hanya berkisar antara 10 % – 15 %.

Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan yang semakin memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan alternatif terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya menjadi perhatian seluruh pelaku pembangunan  yang dapat dilakukan melalui gerakan sadar lingkungan, mulai dari level komunitas  pekarangan hingga komunitas pada level kota.

Di Surabaya, kebutuhan ruang terbuka hijau yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah sejak tahun 1992 adalah 20 – 30%. Sementara kondisi eksisting ruang terbuka hijau baru mencapai kurang dari 10% (termasuk ruang terbuka hijau pekarangan). Hasil studi yang dilakukan oleh Tim Studi dari Institut Teknologi 10 November Surabaya tentang  Peranan Sabuk Hijau Kota Raya tahun 1992/1993 menyebutkan bahwa luas RTH berupa taman, jalur hijau, makam, dan lapangan olahraga adalah + 418,39 Ha, atau dengan kata lain pemenuhan kebutuhan RTH baru mencapai 1,67 m2/penduduk. Jumlah ruang terbuka hijau tersebut sangat tidak memadai jika perhitungan standar kebutuhan dilakukan dengan menggunakan hasil proyeksi Rencana Induk Surabaya 2000 saat itu yaitu 10,03 m2/penduduk.

Di Jogyakarta, luas ruang terbuka hijau kota berdasarkan hasil inventarisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan adalah 51.108 m2 atau hanya sekitar 5,11 Ha (1,6% dari luas kota), yang terdiri dari 62 taman, hutan kota, kebun raya, dan jalur hijau. Bila jumlah luas tersebut dikonversikan dalam angka rata-rata kebutuhan penduduk, maka setiap penduduk Yogyakarta hanya menikmati 0,1 m2 ruang terbuka hijau.

Dibandingkan dengan dua kota yang telah disebutkan di atas, barangkali pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau bagi penduduk di Kota Bandung masih lebih tinggi. Hingga tahun 1999, tiap penduduk Kota Bandung menikmati + 1,61 m2 ruang terbuka hijau. Angka ini merupakan kontribusi eksisting ruang terbuka hijau yang mencover Kota Bandung dengan porsi + 15% dari total distribusi pemanfaatan  lahan Kota.


DAFTAR PUSTAKA


Anonimous,  1989.  Laporan Dinas Pertamanan DKI 1988 – 1989.  Dinas Pertamanan DKI
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Depdagri, Ruang Terbuka Hijau Kota. Jakarta, 1990

Danisworo, M, 1998, Makalah Pengelolaan kualitas lingkungan dan lansekap perkotaan  di indonesia dalam menghadapi dinamika abad XXI.

Danoedjo,S. 1990., Menuju Standar Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Kota Dalam Rangka Melengkapi Standar Nasional Indonesia. Direktur Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Hester R.T,  1975  Neighborhood Space.  Husting son and Rose.

Jurnal Arsitektur Lansekap Indonesia nomor 04 tahun 1998.

Laurie. M, 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher.

Newton N,T, 1971. Design On the Land. (The Development Of Landscape Architecture).

Pemerintah DKI Jakarta, Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Tahun 1991. Jakarta, Maret 1992.

Pemerintah Kotamadya DT II Ambon, Aspek Pertamanan Dalam Program Trotoarisasi Kota Ambon. Ambon, 1990.

Pemerintah Kotamadya DT II Malang,, Sejarah Perencanaan Kota Malang Sejak Jaman Kolonial Dan Perkembangannya Ditinjau Dari Aspek Pertamanan. Jakarta, 23 Agustus 1990.

Pemerintah Kotamadya DT II Surabaya, Langkah Kebijakan dan Pengalaman Praktis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Di Surabaya. Jakarta, 1990.

Rustam Hakim, Thesis Analisis Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota DKI Jakarta, Institut Teknologi Bandung, 2000.

Rustam Hakim, 1995, Peran Arsitektur Lansekap Dalam Wilayah Perkotaan, FALTL Universitas Trisakti, Jakarta.

Rustam Hakim, 1988, Unsur unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bina Aksara, Jakarta.

Rustam Hakim, 1996, Tahapan dan Proses Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, penerbit Bina Aksara Jakarta

Rustam Hakim, 2004, Arsitektur Lansekap,Manusia, Alam dan Lingkungan, penerbit Bina Aksara Jakarta

Dusseldorp, D.B.M.W.Van, 1981. Participation in Planed Development : Influence by Government of Developing Contries of Local Level in Rural Areas.

Susanto A., 1993. Gerakan Penghijauan Sejuta Pohon Menuju Jakarta Berwawasan Lingkungan. Dinas Bina Program Dinas Pertanaman DKI Jaya.

Hester R.T,  1975  Neighborhood Space.  Husting son and Rose.

Laurie. M, 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher.

Liliawati, E, Mudjono, 1998, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23  tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,  Penerbit Harvarindo.

Newton N,T, 1971. Design On the Land. (The Development Of Landscape Architecture).

Robinette, J., 1983.  Lanscape Planning For Energy Conservation. Van Nostrand Reinhold Co., New York.

Soemarwoto, O., 1983.  Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Jambatan Jakarta.

Walter, JK Stephen, 1993, Enterprise Government And The Public, McGrawHill Inc.